Kamis, 13 Desember 2007

Surat Terbuka Untuk Sahabat ...

Sahabat ...
Mungkin engkau bertanya mengapa kukirimkan surat ini padamu, padahal kamu mengenal aku sebagai orang yang tak pernah serius memikirkan sesuatu.

Sahabat ...
Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a berkata bahwa iman seseorang itu laksana air laut, terkadang ia pasang dan terkadang ia surut, mungkin begitulah aku saat ini.

Sahabat ...
Mungkin saat ini imanku sedang pasang sehingga aku mau menyambung tali ukhuwah dengan surat ini, tapi mungkin besok aku kembali seperti apa yang engkau kenal sebelumnya, yach ... aku akui kalau aku hanyalah seorang manusia yang belum bisa memegang teguh iman secara utuh, aku masih diliputi nafsu keduniawian yang kadang membuat aku selalu terkekang didalamnya.

Sahabat ...
Mari kita merenungi perjalanan kita selama ini, kita bertanya pada diri sendiri, apa yang telah kita lakukan selama ini. apakah kita telah melakukan sesuatu yang memberi manfaat untuk orang lain ?! apakah kita telah memberi manfaat untuk agama kita ?! apakah kita telah mengerjakan sesuatu untuk kebaikan saudara-saudara kita ?!

Sahabat ...
Sejak terlahir kita telah di bai'at sebagai seorang Muslim, karena orang tua kita juga adalah seorang muslim. Al-Qur'an dan As-Sunnah menjadi pegangan hidup kita. Kita baca Al-Qur'an disetiap kesempatan, kita dengarkan untaian hadits di setiap waktu, namun terkadang apa yang kita baca dan apa yang kita dengar hanyalah membaca dan mendengar tanpa ada aplikasi dalam kehidupan kita.

Sahabat ...
Munafikkah kita ?! Masih pantaskah kita mengharapkan syafa'at Beliau kelak di hari akhir ?!, sedangkan kadar ibadahku, kadar kesetiaanku lebih kecil dari perumpamaan buih di lautan. Seorang guru menmgatakan bahwa syafa'at ialah ibarat kain untuk menambal sebuah baju dan ibadah kita ibarat baju tersebut. Tapi apakah ibadahku bisa berbentuk sebuah baju ataukah hanya secarik kain yang hanya cukup untuk menjadi sebuah lap yang hanya berguna untuk membersihkan meja dan lantai, tetapi tak akan cukup menutupi aurat kita. Cukupkah ibadahku untuk mengharap syafa'at Beliau kelak di hari kemudian ?!

Sahabat ...
Ketika kita bersedih dengan penderitaan saudara-saudara kita nun jauh disana, ketika kita marah atas penindasan pada saudara-saudara kita disana, ketika kita menangis atas syahidnya saudara kita disana, tapi kita menjadi buta ... buta akan tetangga kita, buta akan saudara kita disini, disini ... di perempatan jalan, di dalam bis kota, di sekitar tempat pembuangan sampah, mereka saudara kita sahabat ..., saudara kita yangg terlupakan ..., padahal mereka juga merintih, mereka juga menangis, mereka juga tertindas, tertindas oleh keadaan !!

Lihatlah Sahabat ...
Lihat anak kecil itu, anak kecil itu berlari-lari di perempatan jalan sambil melantunkan nyanyian. lihatlah saudara kitat yang menyebarkan kotak amal di bis kota. lihatlah saudara kita yang mengais rezeki sambil mengorek sampah. lihatlah seorang bayi yang ditetek ibunya dipinggir jalan berdebu. Terlihatkah sahabat kita yang menenteng sebuah proposal untuk sebuah yayasan yatim piatu, nampakkah saudara kita yang menjual famplet untuk kehidupan sekumpulan kaum fakir ?!, ,asihkan kita bisa melihat mereka sabahat ... ?!

Sahabat ...
Kita terlalu di ninabobokan oleh mimpi, mimpi bahwa kita akan kembali berjaya, mimpi bahwa kita pernah menaklukkan Andalusia, mimpi bahwa kita menguasai daratan Eropa, padahal kita sekarang tertindas, tertindas di negeri sendiri. Negeri yang masih mendengarkan adzan di shubuh hari, negeri yang masih menyediakan waktu untuk saling bertausyiah ... saling mengingatkan dan saling menjaga ukhuwah.

Sahabat ...
Dulu masih sering kudengar dan kulakukan melantun sebuah syair tentang ketidakberdayaan. Setiap shubuh dan setelah jum'at kudengar dan kulantunkan sebuah syair,

Ilahi lastu lil firdausi ahla
Wa laa aqwa alan naaril jahiimi
Fa habli taubatan wa ighfir dzunubi
Fa innaka ghafirud dzanbil adzimi

Allah kami bukan ahlinya syurga-Mu
Namun kami tidak kuat ke neraka-Mu
Terima taubat kami, ampunkan dosa kami
Jadikanlah kami orang yang terampuni

Sebuah syair tentang ketidakberdayaan yang mengingatkan kita akan ketakaburan, keriyaan diri kita. Semoga ada waktu untuk kita merenungi dan memperbaiki diri.
Semoga sahabat ...


Suatu senja,
dalam muhasabah diri
Awal tahun 2008

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons